Jumat, 26 Juni 2009

karya tulis ilmiah 'ptk'

JUDUL : PENGGUNAAN MEDIA VISUAL DALAM MENINGKATKAN MOTXASI BELAJAR SISWA DI KELAS X SMA NEGERI 2 KABUPATEN SINJAI
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pendidikan memiliki peranan yang sangat penting, yaitu untuk menjamin kelangsungan kehidupan dan perkembangan bangsa itu sendiri. Hal ini sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:3) pasal 1 yang berbunyi:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memerlukan guru dan murid karena salah satu unsur dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang merupakan dua bentuk kegiatan yang tidak dapat dipisahkan antar satu dengan lainnya.
Selain itu sekolah sebagai salah satu unsur dalam dunia pendidikan saat ini sedang mengalami perhatian dari berbagai pihak, karena pendidikan sangat diperlukan oleh masyarakat dalam menghadapi kehidupan yang sangat kompleks, dimana pendidikan saat ini terus berbenah diri menemukan cara yang terbaik untuk mencapai hasil yang sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Untuk meningkatkan mutu dan hasil belajar dalam pengajaran seorang guru dituntut supaya menguasai dan menerapkan berbagai metode pengajaran Bahasa Indonesia.
Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas merupakan salah satu tugas utama guru, dan pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. Dalam proses pembelajaran masih sering ditemui adanya kecenderungan meminimalkan keterlibatan siswa. Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan kecenderungan siswa lebih bersifat pasif sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian guru dari pada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, ketrampilan atau sikap yang mereka butuhkan.
Selama ini proses pembelajaran Bahasa Indonesia yang ditemui masih secara konvensional, seperti ekspositori, drill atau bahkan ceramah. Proses ini hanya menekankan pada pencapaian tuntutan kurikulum dan penyampaian tekstual semata daripada mengembangkan kemampuan belajar dan membangun indXidu. Kondisi seperti ini tidak akan menumbuhkembangkan aspek kemampuan dan aktXitas siswa seperti yang diharapkan. Akibatnya nilai-nilai yang didapat tidak seperti yang diharapkan.
Misalnya sering guru kecewa melihat hasil ulangan harian yang hanya mendapat daya serap kurang dari 60 persen atau nilai rata-rata kelas kurang dari 50 untuk skala nilai 20. Kadang-kadang guru merasa prihatin dan ingin memperbaiki keadaan tersebut dengan mencobakan suatu pembelajaran yang belum pernah dilaksanakan, yaitu pendekatan pembelajaran yang akan membuat siswa dapat belajar secara efektif.
Pembelajaran yang efektif adalah yang berpusat pada siswa yaitu, siswa sebagai subjek pembelajaran yang harus aktif kreatif dan mampu berfikir kritis, dalam hal ini peran guru sebagai pembimbing dan fasilitator. Guru memiliki peranan penting artinya selain sebagai pembimbing dan fasilitator bagi siswa, guru juga harus bertindak secara profesional. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kemampuan dasar (kompetensi) antara lain sebagai berikut:
Menguasai bahan, mengelola program belajar-mengajar, mengelola kelas, menggunakan media atau sumber, menguasai landasan-landasan kependidikan, mampu mengelola interaksi belajar mengajar, mampu menilai prestasi untuk kepentingan pengajaran, mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, memahami dan menafsirkan hasil-hasil penelitian guna keperluan pengajaran (Gulo, 2002: 37).
Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. Di kalangan siswa terdapat kecenderungan, bahwa mata pelajaran ini kurang diminati. Padahal mata pelajaran ini termasuk mata pelajaran yang di-UAN-kan. Kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran ini, dimungkinkan karena kurangnya upaya guru untuk mengingkatkan kreatifitas belajar siswa. Kebanyakan guru masih dominan menggunakan metode ceramah dalam mengajar sehingga tidak terciptanya proses pembelajaran yang menyenangkan dan bervariasi, yang dapat menambah semangat belajar siswa. Akibatnya, kegiatan belajar mengajar kurang menarik dan membosankan karena siswa tidak dirangsang atau ditantang untuk belajar dan berfikir kreatif.
Dalam proses belajar mengajar, khususnya dalam upaya meningkatkan hasil belajar para siswa, idealnya para guru bahasa indonesia dituntut untuk memiliki kemampuan:
1. Memanfaatkan berbagai sumber belajar.
2. Memahami cara berpikir siswa.
3. Memahami cara siswa belajar.
4. Memilih dan menggunakan media secara tepat.
5. Memilih dan menggunakan metode secara tepat.
6. Menguasai bahan/materi pelajaran yang disampaikan kepada para siswa, (Depdikbud: 1999)
Seperti penjelasan di atas, yaitu di dalam pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia umumnya para guru lebih banyak menggunakan metode ceramah. Hal ini menyebabkan siswa jadi pasif dan kemampuan berpikirnya tidak berkembang secara baik.
Sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar Bahasa Indonesia memiliki tujuan. Adapun tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:
1. Mampu menghadapi fakta dan peristiwa bahasa indonesia dilingkungannya.
2. Mampu berfikir kritis dan menggunakan atau menerapkan beberapa Bahasa Indonesia dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Untuk mencapai tujuan diatas, salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah proses belajar mengajar yang terjadi dalam kelas. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperbaiki suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slamet, 2003: 2). Proses belajar dapat dirinci kedalam beberapa prinsip dasar. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip tersebut, kita akan dapat memiliki arah dan pedoman yang jelas dan relalif mudah sehingga lebih cepat berhasil dalam belajar serta akan menentukan metode belajar yang efektif.
Menurut Thursan Hakim (2000: 2) adapun prinsip-prinsip belajar tersebut sebagai berikut:
1. Belajar harus berorientasi pada tujuan yang jelas.
2. Proses belajar akan terjadi bila seseorang dihadapkan pada situasi problematis.
3. Belajar dengan pengertian akan lebih bermakna dari pada belajar dengan hafalan.
4. Belajar merupakan proses yang kontinyu.
5. Belajar memerlukan kemauan yang kuat.
6. Keberhasilan belajar ditentukan oleh banyak faktor.
7. Belajar secara keseluruhan akan lebih berhasil dari pada belajar secara terbagi-bagi.
8. Proses belajar memerlukan metode yang tepat.
9. Belajar memerlukan adanya kesesuaian antara guru dan murid.
10. Belajar memerlukan kemampuan dalam menangkap intisari pelajaran itu sendiri.
Sedangkan mengajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh guru dalam rangka penyampaian materi kepada para siswa agar siswa tersebut menjadi tahu dan paham dengan menggunakan berbagai teknik dan pendekatan pembelajaran. Agar proses dan pencapaian hasil belajar dapat efesien dalam penggunaan waktu, terarah, tercapainya tujuan yang telah ditetapkan serta terciptanya suasana pembelajaran yang menyenangkan.
Untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan melibatkan siswa dalam belajar tersebut tidaklah mudah, khususnya mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan Bahasa Indonesia dan pola pikir bahasa indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Untuk membuat mereka terlibat secara langsung, dan membuat mereka merasakan kegembiraan dalam belajar perlu diciptakan kondisi kelas yang mendukung, dengan setting membuat mereka tetap dalam keadaan belajar. Hal itu dapat terlaksana jika prinsip-prinsip dasar belajar dilaksanakan sepenuhnya.
Prinsip-prinsip dasar tersebut antara lain:
1. Belajar melibatkan seluruh pikiran dan tubuh.
2. Belajar adalah berkreasi, bukan mengonsumsi.
3. Kerja sama membantu proses belajar.
4. Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan.
5. Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri (dengan umpan balik).
6. Emosi positif sangat membantu pembelajaran.
7. Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis
(Meier, 2000: 54-55).
Berdasarkan prinsip-prinsip dasar tersebut, diperlukan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang membuat siswa terlibat secara aktif sepenuhnya. Menurut Meier (2000: 90) Belajar Berdasar AktXitas (BBA) berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar, dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh/pikiran terlibat dalam proses belajar.
Metode pembelajaran merupakan salah satu factor yang paling penting dalam menyampaikan informasi/ mentransfer ilmu kepada siswa. Media Visual (gambar) adalah metode pembelajaran yang sangat memperhatikan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
SMA Negeri 2 Kecamatan Bulupoddo merupakan sekolah yang jauh dari ibukota, memiliki banyak faktor yang dapat menghambat proses belajar mengajar berlangsung efektif. Karena itu, sangat penting bagi guru di SMA 2 Kecamatan Bulupoddo menggunakan berbagai macam cara atau metode dalam menyampaikan materi pelajaran agar siswa dengan segala keterbatasan sarana dan prasarana dapat menimba ilmu pengetahuan seoptimal mungkin. SMAN Nomor 2 Kecamatan Bulupoddo merupakan salah satu diantara Sekolah Dasar Negeri yang ada di Kabupaten Sinjai. Saat ini SMA Negeri 2 telah menggunakan KTSP khususnya dikelas X. Dalam Kurikulum yang berlaku di SMA Negeri 2, Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada siswa kelas X yang diajarkan empat jam pelajaran perminggu.
Berdasarkan hasil ulangan harian mata pelajaran Bahasa Indonesia Semester 1 Tahun Ajaran 2008/2009 kelas X SMA Negeri 2 Bulupoddo Kabupaten Sinjai menunjukkan nilai rata-rata yang masih rendah. Nilai rata-rata Ulangan Harian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas X Semester 1 SMA Negeri 2 Bulupoddo Kabupaten Sinjai Tahun Ajaran 2008/2009 sebagian besar menunjukkan hasil yang masih rendah. Nilai rata-rata tertinggi adalah 65.97, sedangkan nilai rata-rata terendah adalah 59.38.
Tabel 1: Nilai Ulangan Harian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas X Semester 1 SMA Negeri 2 Bulupoddo Tahun Ajaran 2008/2009.
No Nama Nilai Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
2.
11.
12.
13.
14.
15.
Faisal Rum
Gunawan
Irwan
Ismail
Ayu Andira
Rosmiati
Jurniati
Sri Wahyuni
Akbar Lukman
Widya Asti
Hamsiah
Harianti
Resky yusuf
Muhammad Hermadi
Rahmat Awaluddin 55
50
85
60
59
80
75
65
70
50
55
65
55
60
70
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas

Jumlah 64.28 Tidak Tuntas
Sumber: Daftar Nilai Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas X .
Berdasarkan pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa yang memperoleh nilai ≥ 65 (Ketuntasan) berjumlah 7 orang atau mencapai 49.15 persen dan yang memperoleh nilai ≤ 65 (Tidak Tuntas) berjumlah 8 orang atau mencapai 50,85 persen. Maka nilai rata-rata kelas X adalah 64.28 dan belum mencapai ketuntasan
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X di SMA Negeri 2 Bulupoddo, rendahnya hasil belajar tersebut disebabkan oleh kurangnya konsentrasi siswa dalam belajar, kurangnya minat terhadap bahan pelajaran, kurangnya keaktifan siswa serta kurangnya media atau sumber pembelajaran berupa buku paket sehingga menyebabkan siswa bergantung kepada guru sehingga siswa belum dapat belajar secara mandiri dan yang disediakan hanyalah berupa LKS yang didalamnya hanya tertera ringkasan materi dalam skala kecil. Serta dalam kegiatan mengajar guru cenderung menggunakan metode ceramah. Hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang aktif dalam proses belajar.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas mengenai ” Meningkatkan AktXitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Menggunakan Media Visual (gambar) dengan pendekatan CTL di Kelas X SMA Negeri 2 Bulupoddo Kabupaten Sinjai”.
B. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
1. Perumusan Masalah
a. Bagaimana gambaran efektifitas Media Visual (gambar) yang dilakukan guru di SMA negeri 2 Kec. Bulupoddo.
b. Bagaimana gambaran motXasi belajar siswa SMA negeri 2 Kec. Bulupoddo.
c. Apakah metode pembelajaran Media Visual (gambar) dengan pendekatan CTL dapat meningkatkan motXasi belajar siswa SMA negeri 2 Kecamatan Bulupoddo.
2. Pemecahan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, direncanakan melakukan penelitian tindakan kelas untuk merancang pemecahan massalah melalui tindakan perbaikan melalui dua siklus dengan menggunakan pendekatan CTL dengan metode Media Visual (gambar) dalam kompetensi dasar media informasi.
C. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui gambaran efektifitas metode pembelajaran yang dilakukan guru di SMA negeri 2 Kec. Bulupoddo.
b. Mengetahui gambaran motXasi belajar siswa SMA negeri 2 Kec. Bulupoddo.
c. Mengetahui metode pembelajaran Media Visual (gambar) dapat meningkatkan motXasi belajar siswa SMA negeri 2 Kecamatan Bulupoddo.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Melalui hasil penelitian ini diharapkan guru SMA memiliki pengetahuan tentang teori Media Visual (gambar) dengan pendekatan CTL sebagai salah satu bentuk inovasi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA.
b. Hasil penelitian ini diharapkan guru SMA memiliki teori pembelajaran dapat dijadikan sebagai acuan untuk meningkatkan hasil belajar di SMA.
c. Menjadi bahan pertimbangan bagi praktisi pendidikan lainnya dalam membuat kebijakan pendidikan.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat menumbuhkan kreatifitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran guna menarik minat siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA.
b. Dapat dijadikan pengalaman, khususnya bagi guru yang mengajar bahasa Indonesia dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan Media Visual (gambar) berbentuk CTL.

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Media Pembelajaran
a. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin yang adalah bentuk jamak dari medium batasan mengenai pengertian media sangat luas, namun kita membatasi pada media pendidikan saja yakni media yang digunakan sebagai alat dan bahan kegiatan pembelajaran.
Adapun penjabaran tokoh-tokoh tentang pengertian media pembelajaran antara lain :
1. Menurut Berlach dan Ely (1971) mengemukakan bahwa media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan alat-alat grafis, fotografis atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
2. Menurut Heinich, dkk (1985) media pembelajaran adalah media-media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan pembelajaran atau mengandung maksud-maksud pembelajaran.
3. Martin dan Briggs (1986) mengemukakan bahwa media pembelajaran mencakup semua sumber yang di perlukan untuk melakukan komunikasi dengan si-belajar. Hal ini bisa berupa perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada perangkat keras.
4. Menurut H Malik (1994) media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat di gunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran) , sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikitan dan perasaan si-belajar dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu .
Mengapa perlu media dalam pembelajaran ? pertanyaan yang sering muncul memprtanyakan pentingnya media dalam sebuah pembelajaran. Kita harus mengetahui dahulu konsep abstrak dan konkrit dalam pembelajaran, karena proses belajar mengajar hakekatnya adalah proses komunikasi, penyampaian pesan dari pengantar kepenerima. Pesan berupa isi / ajaran yang dituangkan ke dalam simbul-simbul komunikasi baik verbal (kata-kata dan tulisan) maupun non verbal, proses ini di namakan encoding. Penafsiran simbul-simbul komunikasi tersebut oleh siswa di namakan decoding.
Adakalanya penafsiran berhasil, adakalanya tidak. Kegagalan / ketidak berhasilan dalam memahami apa yang di dengar, dibaca, di lihat atau di amati. Kegagalan / ketidak berhasilan atau penghambat dalam proses komunikasi di kenal dengan istilah barriers atau noise. Semakin banyak verbalisme semakin abstrak pemahaman yang di terima.
Lantas dimana fungsi media? Ada baiknya kita melihat diagram cone of learning dari Edgar Dale yang secara jelas memberi penekanan terhadap pentingnya media dalam pendidikan :
Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa secara umum media mempunyai beberapa kegunaan, yaitu :
1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra
3. Menimbulkan gaairah belajar, interaksi lebih lagsung antara mu\rid dengan sumber belajar.
4. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya.
5. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.
Selain itu Kemp and Dayton, 1985 menyatakan bahwa media pembelajaran dapat memberikan kontribusi berikut :
1. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar
2. Pembelajaran dapat lebih menarik
3. Pembelajaran jadi lebih interaktip dengan menerapkan teori belajar
4. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat di perpendek
5. Kualitas pembelajaran dapat di tingkatkan
6. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun di perlukan
7. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat di tingkatkan
8. Peran guru berubah ke arah yang positif
Karakteristik dan kemampuan masing-masing media perlu di perhatikan oleh guru agar mereka dapat memilih media mana yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Untuk itu perlu di cermati daftar kelompok media instruksional menurut Anderson (1976) berikut ini :
KELOMPOK MEDIA MEDIA INSTRUKSIONAL
1. Audio • pita audio (rol atau kaset)
• piringana audio
• radio (rekaman siaran)
2.Cetak • buku teks terprogram
•buku pegangan / manual
• buku tugas
3. Audio-cetak • buku latihan di lengkapi kaset
• gambar/poster (dilengkapi audio)
4. Proyek Visual Diam • film bingkai (slide)
• film rangkai (berisi pesan verbal)
5. Proyek Visual Diam • film bingkai (slide) suara
dengan Audio
• film rangkai suara
6. Visual Gerak • film bisu dengan judul (caption)
7.Visual Gerak dengan Audio • film suara
• video/vcd/dvd
8. Benda • benda nyata
• model tirual ( mock up)
9. Komputer • media berbasis komputer; CAI (Computer Assested Instructional) & CMI (Computer Managed Instructional)
Istilah media disini dilihat dari segi penggunaan, serta faedah dan fungsi khusus dalam kegiatan/proses belajar mengajar, maka yang digunakan adalah media pembelajaran. Media pembelajaran adalah semua alat (bantu) atau benda yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (dalam hal ini anak didik ataupun warga belajar). Pesan (informasi) yang disampaikan melalui media, dalam bentuk isi atau materi pengajaran itu harus dapat diterima oleh penerima pesan (anak didik), dengan menggunakan salah satu ataupun gabungan beberapa alat indera mereka. Bahkan lebih baik lagi bila seluruh alat indera yang dimiliki mampu dapat menerima isi pesan yang disampaikan (Latuheru,1988: 13).
Pada umumnya keberadaan media muncul karena keterbatasan kata-kata, waktu, ruang, dan ukuran. Ditambahkan juga bahwa media pembelajaran berfungsi sebagai sarana yang mampu menyampaikan pesan sekaligus mempermudah penerima pesan dalam memahami isi pesan.
Dari beberapa penjelasan media pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah suatu alat, bahan ataupun berbagai macam komponen yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk menyampaikan pesan dari pemberi pesan kepada penerima pesan untuk memudahkan penerima pesan menerima suatu konsep.
b. Fungsi dan Peranan Media Pembelajaran
Kehadiran media pembelajaran sebagai media antara guru sebagai pengirim informasi dan penerima informasi harus komunikatif, khususnya untuk obyek secara visualisasi. Dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam, khusunya konsep yang berkaitan dengan alam semesta lebih banyak menonjol visualnya, sehingga apabila seseorang hanya mengetahui kata yang mewakili suatu obyek, tetapi tidak mengetahui obyeknya disebut verbalisme. Masing-masing media mempunyai keistimewaan menurut karakteristik siswa. Pemilihan media yang sesuai dengan karakteristik siswa akan lebih membantu keberhasilan pengajar dalam pembelajaran. Secara rinci fungsi media memungkinkan siswa menyaksikan obyek yang ada tetapi sulit untuk dilihat dengan kasat mata melalui perantaraan gambar, potret, slide, dan sejenisnya mengakibatkan siswa memperoleh gambaran yang nyata (Degeng,1999:19).
Menurut Gerlach dan Ely (dalam Arsyad,2002: 11) ciri media pendidikan yang layak digunakan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Fiksatif (fixatXe property)
Media pembelajaran mempunyai kemampuan untuk merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa/objek.
2. Manipulatif (manipulatif property)
Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording.
3. Distributif (distributXe property)
Memungkinkan berbagai objek ditransportasikan melalui suatu tampilan yang terintegrasi dan secara bersamaan objek dapat menggambarkan kondisi yang sama pada siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama tentang kejadian itu.
Dari penjelasan diatas, disimpulkan bahwa fungsi dari media pembelajaran yaitu media yang mampu menampilkan serangkaian peristiwa secara nyata terjadi dalam waktu lama dan dapat disajikan dalam waktu singkat dan suatu peristiwa yang digambarkan harus mampu mentransfer keadaan sebenarnya, sehingga tidak menimbulkan adanya verbalisme.
Proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik jika siswa berinteraksi dengan semua alat inderanya. Guru berupaya menampilkan rangsangan (stimulus) yang dapat diproses dengan berbagai indera. Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi, semakin besar pula kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan siswa. Siswa diharapkan akan dapat menerima dan menyerap dengan mudah dan baik pesan-pesan dalam materi yang disajikan.
Keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting, karena seperti yang dikemukakan oleh Edgar Dale (dalam Sadiman, dkk,2003:7-8) dalam klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang paling konkrit ke yang paling abstrak, dimana partisipasi, observasi, dan pengalaman langsung memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pengalaman belajar yang diterima siswa. Penyampaian suatu konsep pada siswa akan tersampaikan dengan baik jika konsep tersebut mengharuskan siswa terlibat langsung didalamnya bila dibandingkan dengan konsep yang hanya melibatkan siswa untuk mengamati saja.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dengan penggunaan media pembelajaran diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret kepada siswa, dan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran sebagai contoh yaitu media pembelajaran komputer interaktif.
c. Teori Pengembangan Media
Berkembangnya komunikasi elektronik, membawa perubahan-perubahan besar dalam dunia pendidikan. Satu hal yang harus dihindari yaitu anggapan bahwa kedudukan guru akan digantikan oleh alat elektronik. Dengan keberadaan komunikasi elektronik, menambah pentingnya kehadiran guru. Berubahnya fungsi guru dan peranan guru dikaitkan dengan upaya untuk memecahkan salah satu masalah pendidikan yaitu, (1) dengan membebaskan guru kelas dari kegiatan rutin yang banyak, (2) melengkapi guru dengan teknik-teknik keterampilan kualitas yang paling tinggi, (3) pengembangan penyajian kelas dengan tekanan pada pelayanan perorangan semaksimal mungkin dalam setiap mata pelajaran, (4) mengembangkan pengajaran yang terpilih didasarkan pada kemampuan indXidual siswa. Dari penjelasan diatas tentang peran baru guru dalam dunia pendidikan diharapkan dapat memperbaiki kualitas pendidikan, sehingga penggunaan berbagai macam media pembelajaran akan menggantikan berberapa fungsi instruksional dari guru (Sulaeman, 1988:24-25).

Tidak ada komentar: